Miris! Bahan baku Obat Masih Di impor padahal berasal dari Indonesia
AKTIVITAS NUSANTARA – Agus
Haryono Deputi Bidang Fasilitas Riset dan Inovasi BRIN, mengatakan, bahan baku
dari obat-obatan yang diproduksi di Indonesia ternyata masih di impor dari luar
negeri. Akan tetapi bahan-bahan tersebut berasal dari Indonesia yang kemudian
diekspor lagi.
Agus mengungkapkan dalam keterangan tertulisnya yang
diterima pada selasa (11/10/2022), sekrang obat kita 70 persen diproduksi
dalam negeri, hanya bahan diimmpor dari
luar, dan mirisnya bahan itu sebenarnya dari Indonesia dikirim keluar, diproses
dan kita beli lagi. Nah ini yang sekarang coba kami perbaiki agar kita bisa
memproses sendiri.
Lebih lanjutnya, dia mencontohkan pada produk garam
farmasi yang bahan bakunya justru bersumber dari Indonesia, Akan tetapi hingga
kini menurutnnya Indonesia belum memiliki kemampuan untuk memproses gram
tersebut menjadi garam farmasi.
“kita kan punya banyak garam, tapi kita belum punya
kemampuan untuk memproses garam itu menjadi level garam farmasi, Nah sekarang
peneliti BRIN bekerjasam denga Kimia Farma menghasilkan garam” kata Agus
Haryono
“Demikian juga dengan obat tradisional yang bisa
membantu mengurangi ketergantungan dari obat dari luar, Termasuk jejamuan”
imbuhnya
“pengembangan obat-obatan menjadi salah satu fokus
utama dalam sekma riset indonesia Maju. Sebagaiman arahan PresidenJoko Widodo
terdapat tiga program yang menjadi fokus utama yaitu keshatan, pangan dan
energi” tuturnya.
Salah satu inovasi dalam dunia kesehatan, Green
Pharmacy yang kini tengah di kembangkan oleh kemetrian Kesehatan bersam lembaga
riset ITB.
Menurut penuturannya, jadi tiga yang yang difokuskan,
kalau kesehatan (tesmasuk Green Pharmacy) terkait obat juga.
Agus menyebutkan, tahun ini BRIN berencan mengirimkan
para ilmuwannya untuk melakukan riset diluar negeri soal bidiversitas yang bisa
menyuseskan pada onsep green pharmacy.
“salah satu strategi kami di penguatan SDM setahun ini
sampai lima tahun yang akan datan, kmai mengharapkan akan mengirimkan 250 oran
ke luar negeri di bidang biodiversitas, karena kami mengharapkan biodiversitas
kita bisa dimanfaatkna termasuk untuk kesehatan” ujarnya
Pengembangan Teknologi Farmasi
Dirjen Farmasi dan alat Kesehatan Kemenkes Lucia Rizka
Andalsia mengatakan, pengembangan konsep green pharmacy itu sudah diterapkan di
negra-negara maju dunia Menurutnya, tekonologi tersebut sudah dapat
memepercepat pengembangan obat.
Lucia juga mengatakan, Di dunia pengembangan teknologi
kefarmasian itu sekarang sudah bergeser dari produk kima ke arah bilogic atau
biofarmasi karena memeberikan kecepatan dalam drug development.
Tak hanya itu memepercepat pengembangan obat konsep ini
uga bisa mengurangi pencemaran lingkungan dalam produksi obat-obatan.
“kalu kimia kan kita tahu sendiri dari mulai bahan baku
kimianya saja sngantt sulit, kemurniannya juga sulit. Nah sekkarang di seluruh
dunia itu sudah bergeser ke arah biofarmasi produk,” ungkapnya
“Di teman-teman universitas, di institusi risaet itu
melakukan penelitian dasar. Manakala sudah menjadi penelitian terapan ke
pasien, itu baru tugas kami karena melibatkan rumah sakit yang ada di bwah kemenkes.” Imbuhnya
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan sekolah
Farmasi Institus Teknologi Bandung (ITB) diikutsertakan dalam pengembangan
konsep green pharmacy ini. Nantinya kata dia, ketergantungan Indonesia akan
bahan baku obat ipor dapar diminimalisir.
Konsep tersebut menjadi awal dalam riset, praktek dan industri faramsi yang lebih ramah lingkungan Dekan Sekolah Farmasi ITB I Ketut Adbyaba menambah kan, ITB secar umung mendukung konsep green pharmacy untuk perubahan dalam bidang farmasi.
sumber artikel: detik.com
Posting Komentar untuk "Miris! Bahan baku Obat Masih Di impor padahal berasal dari Indonesia"