Nilai negara ASEAN berisiko Tercekik utang China
source pict:shutterstock
Melalui analisis prediksi negara di asia tenggara akan
semakin kesulitan atas pemograman pendanaan utang Belt and Road oleh China.
China menawarkan bantuan kepada sejumlah negara untuk bantuan pembangunan
infrastruktur kepada mereka.
Para ahli menilai pendekatan China agar lebih
berhati-hati terhadap program Belt and Road di Asia Tenggara, dapat mencegah peminjam mengambil sesukanya karena
khawatirkan karena jika terjadi gagal bayar akan sulitnya mendapatkan bantuan
dari internasional.
Proyek yang berkembang konservatisme itu harus sesuai
dengan tuntutan transparasi baru dari lembaga keuangan global untuk mencegah
tekanan utang negara.
Peneliti di Asia-Pasific Pathways to Progres Foundation
Lucio Balnco Pitlo III mengatakan peningkatan pada pengawasan IMF dapat
membantu persyaratan pengungkapan dan memberikan wawasan mendalam kepada IMF
tentang bagaimana pinjaman China beroprasi.
Pemberi utang terbesar negara-negara penghasilan rendah
hingga menengah menurut laporan Bank dunia tahun lalu China muncul sebagai
pemberi utang, memberikan pinjaman mencapaiUS$170 miliar pada akhir 2020 lebih
dari tiga kali lipa dibandingkan pada 2011 sebagian besar dana digunakan untuk
proyek pembangunan infrastruktur besar.
Menurut penuturan pitlo dikutip dari Shouth China Morning
Post “China mengkompensasi keterlambatan masuknya ke pasar kredit dengan
mengambil k=lebih banyak risiko, mendanai proyek yang sebagian besar pemberi
pinjaman mapan tidak akan lakuakan.”
Ditambah dengan gemuruh domestik mengingat
keterlambatan ekonomi China atas pengeluaran yanng belebihan pada beberapa
proyek Belt and Road, “Pihak berwenang tidak punya banyak pilihan selain
berhati-hati” kata Benjamin Barton, profesor di kampus Universits Nottinghan
Malaysia.
Ia juga menambahkan proseek” janji-janji besar
pembiayaan” ditambah dengan wilayah abu-abu peraturan kadang-kadang membuat
mereka yang bertanggung jawab untuk melaksanakan rencana Belt and Road, bank
sentral, perusahaan milik keuangan, politik, dan lingkungan.
Mantan gubernir bank sentran Zhou Xiaochuan pada april
mengakui bahwa beberapa pinjaman China mungkin tidak selalu dirancang dengan
hati-hati dan komunikasi yang buruk, proyek ini juga telah banyak di kutip
sebagai bukti China mempraktikkan “diplomasi jebakan utang”. Namun, tuduhan
tersebut mereka bantah.
Dari the Unuversity of Auckland di selandia baru
Chanrith Ngin mengatakan seruan untuk transparans yang lebih besar merupakan
langkah positif untuk memastikan pinjaman yang sehat. Negara seperti Laos,
Malaysia, dan Indonesia akan merasa tertekan untuk mengungkapkan rincian dari
utang mereka dan pinjaman lainnya dapat meimbulkan kritik dari beberapa jumlah
yang dihabiskan dan menyebabkan keterlabatan dalam proyek.
Belt and Road pada akhir 2021 investasi non-keuangan di
57 negara mencapai US$20,3 miliar , dan tujuh dari 10 peneriman utama negara
asia tenggara yakni Singapura, Indonesia, Malaysia, Laos, Vietnam, Thailand,
dan Kamboja.
Menurut barton pemerintahan di wilayah tersebut akan
berhati-hati dalam mengumpulkan terlalu banyak proyek tanpa melakukan uji yang
memadai pada risiko keuangan yang terlibat.
“masuk akal bagi Beijing untuk berhati-hati dan
mengakhiri pemborosan modal yang belum matang sebelumnya” ucap Jong Yuan Jiang
dari Universitas Teknologi Queensland.
sumber artike:cnnindonesia
Posting Komentar untuk "Nilai negara ASEAN berisiko Tercekik utang China"