Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

China tengah di ambang Resesi, Investsi China Indonesia ikut terancam

 

source pict:shutterstok

Dari sudut pandang Kementrian Investasi/Bada koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menilai masih terlalu dini untuk melihat dampak investasi di China, di Indonesia sendiri tengah beredar isu negara tersebut di ambang resesi.

Deputi BKPM Inndra Darmawan menyampaikan banyak sektaor yang perlu di lihat lagi terkait investasi China di Indonesia,terutama pengolahan logam dasar.

Menurut penuturan Indra kepada Bisnis.com pada minggu “sepanjang Indonesia menggenjot upaya hilirisasi bebasis logam dasar, maka investasi China Ke Indonesia akan terus menguat.”

Indra pun mengakui bahwa perlmabtan ekoni China sudah pasti berpengaruh terhadap ekonomi global. Pasal negara China merupakan negara terbesar kedua yang memegang ekono global dan merupakan mitra dagang yang penting bagi puluhan negara di berbagai belahan.

“Permintaan dari China akan melambat dan berpengaruh terhadap ekspor ke China dari negara-negara mitra dagangnya,” imbuhnya

BKPM telah menyiapkan beberapa jumalah strategi untuk mengahadapi kondisi ini meski terlalu dini untuk melihat danpak investas China di Indonesia jika China mengalami resesi.

Salah satunya adalah, dengan diversikasi ke negara asal suber investasi yang berfokus pada peningkatan nilai tambah.

“Promosi investasi utuk logam dasar digencarkan lagi ke arah hilirisasi dengan menggandeng negara-negara seperti Eropa, Korea, dan Taiwan,” ujarnya.

Merebaknya wabah Covid-19 di sejumlah kota di China membuat ekonomi di China bisa di bilang tidak baik-baik saja, dengan di tambahnnya kebijakan Zero Covid telah mengganggu aktivitas di beberapa sektor industri di negara China. Kebijakan Presiden Xi Jinping juga dinilai tidak responsif terhadap pelemahan ekonomi di negaranya. Pemerintah harusnya bisa melakukan lebih banyak agar memicu pengeluaran untuk memebuhi target pertumbuhan, dan menciptakan lapangan kerja termasuk lebih banyak berinvestsi di infrastruktur, meringakankan persyaratan pinjaman untuk pembeli rumah, pengembang properti dan pemerintah daerah dan keringanan pajak untuk rumah tangga menurut Kepala Ekonomi Asia di S&P Global Rating Louis Kuijs di kutip BBC, minggu(9/10/2022)

Melambatnya pertumbuhan ekonomi di China yaitu salah satunya di picu juga melemahnya aktivitas real estate dan sentimen negatif di beberapa sektor perumahan. Karena properti dan industri lainnya menyumbang sepertiga dari Produk Domestik Bruto (PDB) China.

Pertumbuhan ekonomi China dengan kondisi ini hanya mampu tumbuh sebesar 0,4 persen saja (year-on-year) YOY pada kuartall II/2022 angka ini sangat jauh jika dibandingkan pada kuartal sebelumnya yang tercatat sebesar 4,8persen.

Posting Komentar untuk "China tengah di ambang Resesi, Investsi China Indonesia ikut terancam"